Jangan hilangkan budaya dan alam indah Banyuwangi. Mungkin kata – kata seperti inilah yang tepat diucapkan untuk masyarakat Osing desa Kemiren. Suku Osing Banyuwangi masih sangat melestarikan tradisi dan ritual leluhur suku Osing. Sejarah Desa Kemiren sendiri berasal dari mula jatuhnya kerajaan Majapahit, dimana banyak penduduk mengungsi di berbagai daerah untuk melakukan kehiduppan yang baru. Para leluhur masyarakat Osing kemudian mendiami ujung timur Pulau Jawa yaitu Banyuwangi dan mendirikan sebuah kerajaan Blambangan. Mereka menolak untuk kembali ke Majapahit dan oleh karena itu mereka disebut sebagai orang-orang “Osing” yang berarti tidak. Setelah bertahun – tahun Berjaya, Budaya Budha, Hindu di Blambangan mulai pudar  oleh datangnya budaya islam yang sangat cepat.

Pada jaman penjajahan sekitar tahun 1800-an. Desa Cungking adalah tempat awal masyarakat Osing berdiam, tetapi Desa Cungking secara bertahap ditinggalkan ketika orang-orang Osing melarikandiri dari Pasukan Belanda ke daerah-daerah hutan lebat disekitarnya. Ada berbagai banayak pohon kemiri dan duren (durian) yang tumbuh dihutan itu yang akan segera menjadi hunian baru bagi mereka. Mereka menetap dan menjadi hunian baru mereka. Mereka menetap dan menamai desa mereka dengan menggabungkan nama tumbungan yang banyak terdapat disana yaitu pohon kemiri dan durensehingga jadilah nama “Desa Kemiren”

Sebagai keturunan masa lalu yang multi budaya, suku osing memiliki bahasa yang menarik dan berbeda dari tetangganya, Jawa Madura dan Bali. Nada berbicara mereka juga disesuaikan dengan siapa lawan mereka berbicara.

Rumah masyarakat Osing desa Kemiren memiliki jenis dan fungsi. Atap dua sisi atau rumah crocogan adalah garis depan yang digunakan untuk menyambut tamu. Atap empat sisi diberinama Tikel Balung, perumahan ruang keluarga dan kamar tidur. Atap tiga sisi bernama Bafesan terletak dibelakang sebagai dapur. Pintu rumah osing biasanya dihiasi dengan  ukiran kayu dengan pola tertentu seperti Kawung.

Di desa Kemiren anda akan disuguhkan dengan bahasa filsafat yang digambarkan dalam detail seni mereka. Karya seni mereka meliputi, batik, tenun, tarian, music dan banyak ritual.

Cinde sutro  sebagai satu satunya tempat dimana anda menemukan koleksi batik yang tak ternilai dan tenun yang terbuat dari kapas alami, diwarnai dengan tenaman – tanaman. Tenunnya sangat istimewa karena tidak ada yang menghasilkan lebih banyak dari mereka hari ini.

Penampilan ikonik mereka adalah Jejer Gandrung, sebuah tarian yang dikawal oleh serenade musical yang disebut Gending Padha nonton.Lesung Musikal adalah Lagu Tradisional yang luar biasa yang dibuat untuk karya seni Osing untuk merayajan kelimpahan mereka dalam hidup.

Bagi anda penikmat kopi, anda juga bisa menikmati kopi local terbaik mereka, yang diproses secara tradisional.Untuk berwisata edukasi anda bisa memilih Desa Wisata Kemiren sebagai agenda anda.